Sunset Sindoro-Sumbing

Sabtu, 02 Maret 2013 0 komentar

Sunset Sindoro-Sumbing Terlihat dari Selo


Sama-sama bersandingan. Sama-sama saling melihat. Hmm, itulah mungkin hubungan Gunung Merapi-Gunung Merbabu dan Gunung Sindoro-Gunung Sumbing. Mungkin tak cukup tiga jam perjalanan ditempuh dengan kendaraan untuk mengantar kaki kita menapakan kaki dari lokasi pasangan gunung satu sama lain tersebut.
Namun, anda bisa menikmati ke dua pasangan gunung itu dengan hanya singgah di Selo, Boyolali. Eksotisnya sunset mewarnai Sindoro-Sumbing rupanya terlihat di sela-sela Merapi-Merbabu. Dalam setahun, hanya bulan-bulan tertentu momen sunset seperti tergambar terlihat.


Tari Desa Jelok

Jumat, 01 Maret 2013 0 komentar

Tari saat Kirab Budaya Desa Jelok, Cepogo

Panorama Malam dari Irung Petruk

0 komentar



Merti Dusun Berbalut Kolektivitas Warga Lencoh

1 komentar




Rasa syukur terhadap pemberian-Nya, diwujudkan manusia dalam sejumlah cara. Di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, warga mengenal tradisi Merti Dusun.
Apa itu? Tradisi ini diikuti warga dari segenap kalangan usia. Mereka bersama-sama membersihkan lingkungan, dilanjutkan menggelar kenduri. Tradisi itu merupakan salah satu simbol kekuatan solidaritas sosial.
Pelestarikan tradisi itu sebagai wujud kesadaran sistem nilai dan norma warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Di tengah menjalankan kehidupan sosial, mereka menyadari berdampingan erat dengan lingkungan pegunungan nan penuh tantangan.
Berkah Yang Maha Kuasa berupa kesuburan lahan, air dan sumber daya alam lainnya, mereka syukuri sebagai pemersatu dan penguat kekerabatan peradaban warga pegunungan setempat.

Panorama Permukiman Lereng Utara Merapi

0 komentar


Let’s Go To Merapi

0 komentar



Boyolali menatap Gunung Merapi, ya seperti yang tampak dalam foto yang diambil dari wilayah Kecamatan Banyudono, Boyolali atau Jl Solo-Semarang. Pastilah pelintas jalan antar wilayah itu sempat mencicipi eksotisnya Merapi via pandangan mata.
Dari lokasi pengambilan foto, dibutuhkan sekitar satu jam menuju lereng Merapi, atau pos pendakian Kecamatan Selo, Boyolali. Jalan berkelok dan penorama alam pegunungan tentu menjadi sajian ekstra selain panorama Merapi sendiri, saat perjalanan ditempuh.
Terhitung pada 2006, puncak gunung itu adalah 2.968 m dpl. Erupsi pada 2010 lalu sudah cukuplah membuktikan kegarangan gunung yang dikenal teraktif di Indonesia itu
Konon, wilayah lereng utara atau kawasan Kecamatan Selo menjadi tempat teraman saat Merapi sedang aktif. Apa alasannya? Temukan jawabannya saat berkunjung langsung di sana. Sebab, warga di lereng utara memiliki versi unik dalam menyebut alasan tersebut.

Erupsi Merapi 2010

0 komentar


Topeng Ireng

0 komentar

Tarian Topeng Ireng

0 komentar

  
Kirab Kepala Kerbau Malam 1 Asura


Mengambil Air, Etos Berbudaya Tradisional

Kamis, 28 Februari 2013 0 komentar





Warga menggendong tempaian berjalan menuju sumber air. Aktivitas semacam itu biasa dilakukan sejumlah warga Kecamatan Cepogo, Boyolali. Mereka yang tak terfasilitasi pipa penyambung air dari sumber ke rumah masing-masing, rela menempuh jalan menanjak. Dalam sehari, mereka bisa lebih dari lima kali pergi ke sumber dengan tempaian kosong saat berangkat dan tempaian berisi air penuh saat pulang.
Budaya itu menjadi warna peradaban di lereng Gunung Merapi. Etos mereka menjalani kehidupan tradisional menjadi pelengkap potret kehidupan pegunungan di sana. Berjalan kaki, menembus udara dingin dan melupakan lelah demi melangsungkan kehidupan, itulah kenyataan yang harus mereka hadapi. Sisi kerelaan hati dan keteguhan hidup, mungkin kenyataan itu bisa kita jadikan guru dalam mensyukuri hidup.

Jadah Bakar Bertabur Serundeng

1 komentar




Bagaimana cara menikmati udara dingin panorama pegunungan sembari melihat hilir mudik kabut di seputaran Gunung Merapi dan Merbabu? Tentu saja, berdiam diri di Selo sebagai jawaban mutlaknya. Notabene Selo adalah kecamatan termasuk Kabupaten Boyolali yang terletak di sela dua gunung tersebut.
Pagi, siang pun sore, udara dingin di sana bisa bertambah nikmat jika kita menyediakan diri mencari bumbunya. Apa itu? Jadah bakar bertabur serundeng atau parutan kelapa dicampur gula jawa. Jadah bakar di Selo biasa disajikan di atas piring yang diberi alas daun pisang.
Ya, bisa dikatakan makanan itu menjadi khas daerah Selo. Butuh merogoh kocek Rp10.000, anda bisa mencicipi makanan itu plus hidangan kopi. Murah bukan?
Beberapa warung, tepatnya di seputaran Kantor Polsek Selo, menyediakan hidangan itu. Warung-warung tersebut dilengkapi meja kursi dan tentu saja atap yang melindungi pengunjung dari terik matahari pun hujan.

 
Wisata Soloraya © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets